Evidence Based Medicine

Eritropoietin, Hormon Penghasil Sel Darah Merah

Eritropoietin, yang dikenal pula dengan nama lain hematopoietin, adalah senyawa glikoprotein yang mengendalikan proses eritropoiesis (produksi sel darah merah). Hormon ini dihasilkan di ginjal, juga ada yang dihasilkan di hati. Produksi eritropoietin di hati umumnya terjadi pada janin, sedangkan produksi eritropoietin di ginjal terjadi pada masa dewasa. Eritropoietin digunakan pada kondisi anemia akibat penyakit gagal ginjal kronik, serta anemia akibat kemoterapi kanker.

Seseorang yang kekurangan hormon ini dapat diberi eritropoietin eksogen atau yang berasal dari luar tubuh. Salah satu contohnya adalah recombinant human erythropoietin yang dihasilkan oleh teknologi rekayasa DNA pada kultur sel. Sediaan obat ini dinamakan erythropoiesis stimulating agent, contohnya adalah eritropoietin alfa dan eritropoietin beta. Keduanya berikatan dengan reseptor eritropoietin guna memulai aksinya. Molekul eritropoietin sangat terglikosilasi (sekitar 40 % dari bobot molekul total). Waktu paruhnya ialah 5 jam. Ada perbedaan waktu paruh antara eritropoietin endogen dengan eritropoietin rekombinan.

Mekanisme kerja eritropoietin adalah dengan cara mengikat reseptor eritropoietin pada permukaan sel darah merah progenitor dan mengaktivasi rangkaian sinyal JAK2. Hal ini akan memacu alur STAT5, PIK3, dan Ras MAPK sehingga menyebabkan proses diferensiasi dan proliferasi sel erythroid. Kadar eritropoietin di dalam darah cenderung rendah pada kondisi anemia, namun akan menjadi tinggi pada kondisi hipoksia. Pengaturan kadar eritropoietin bergantung pada tingkat oksigenasi darah dan ketersediaan zat besi.

Referensi:

Jelkmann W (2007). “Erythropoietin after a century of research: younger than ever”. European Journal of Haematology. 78 (3): 183–205.

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmailby feather

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *