Terlalu Banyak Minum Susu Malah Berbahaya?
Para ilmuwan dari Swedia telah menemukan bahwa minum susu berlebihan memiliki hubungan dengan lebih tingginya angka kematian dan risiko patah tulang pada wanita. Sedangkan pada pria, minum susu dalam jumlah besar berkaitan dengan lebih tingginya angka kematian. Penelitian yang diterbitkan pada 28 Oktober lalu di British Journal of Medicine dipimpin oleh Karl Michaëlsson, MD, PhD dari Universitas Uppsala di Swedia.
Pada penelitian ini tim peneliti menganalisis data yang berasal dari dua penelitian kohort besar di Swedia, satu penelitian memiliki jumlah sampel sebesar 61.443 wanita berumur antara 39-74 tahun sedangkan penelitian lainnya memiliki jumlah sampel 45.339 pria berumur antara 45-79 tahun. Data diperoleh dari kuisioner yang berisi daftar makanan/minuman yang dikonsumsi harian atau mingguan. Data dianalisis mulai dari tahun 1987 dan 1990 untuk penelitian yang melibatkan wanita dan mulai Januari 1998 untuk penelitian yang melibatkan pria. Selama periode tersebut sebanyak 15.541 wanita meninggal dan 17.252 wanita lainnya mengalami fraktur. Sedangkan pada pria sebanyak 10.112 orang meninggal dan 5.379 lainnya mengalami fraktur.
Tim peneliti menemukan bahwa wanita yang meminum tiga gelas atau lebih (680 g) susu per hari memiliki risiko hampir dua kali lipat untuk meninggal dibandingkan wanita yang minum susu lebih sedikit (hazard ratio [HR], 1.93, 95% confidence interval [CI], 1.80 – 2.06). Wanita yang minum lebih banyak susu juga memiliki risiko lebih tinggi terkena fraktur jenis sembarang (HR, 1.16; 95% CI, 1.08 – 1.25) dan khusus untuk fraktur panggul juga risikonya tinggi (HR, 1.60; 95% CI, 1.39 – 1.84).
Meskipun tim peneliti menemukan bahwa pria yang minum tiga gelas susu atau lebih memiliki risiko kematian yang sedikit lebih tinggi dibanding yang minum susu lebih sedikit (HR, 1.10, 95% CI, 1.03 – 1.17), namun pria tidak memiliki risiko tambahan terhadap fraktur seperti yang terjadi pada wanita. Perhitungan hazard ratio tersebut telah disesuaikan terhadap variabel pengangganggu misalnya umur, status merokok, indeks massa tubuh, tingkat pendidikan, suplementasi kalsium/vitamin D, penggunaan kortison, aktivitas fisik, dan indeks komorbiditas Charlson.
Secara mengejutkan tim peneliti tidak menemukan adanya kaitan antara risiko kematian dan fraktur akibat konsumsi produk olahan susu seperti yogurt dan keju. Salah satu faktor yang diduga menjelaskan hal ini adalah pada produk olahan susu tidak mengandung senyawa D-galaktosa. Senyawa ini banyak terdapat pada minuman susu yang belum diolah, dan studi pada binatang menyimpulkan bahwa senyawa ini berkaitan dengan penuaan dini.
Referensi:
Michaëlsson, K., Wolk, A., Langenskiöld, S., Basu, S., Lemming, E.W., Melhus, H., dkk., 2014. Milk intake and risk of mortality and fractures in women and men: cohort studies. BMJ, 349: g6015.
by