Obat Pembesaran Prostat (BPH)
Prostat yang mengalami pembesaran, dalam bahasa medis dinamakan BPH (benign prostatic hyperplasia), adalah kondisi dimana terdapatnya hiperplasia (kenaikan jumlah sel) pada sel-sel stromal dan epitel prostat. Hal ini menyebabkan pembesaran prostat. Pembesaran prostat ini pada tahap berikutnya akan mengakibatkan obstruksi uretra, sehingga aliran urin akan terganggu.
Gejala yang sering diderita orang yang mengalami pembesaran prostat ialah kencing yang tidak lancar, ataupun kencing yang tiba-tiba datang atau tiba-tiba berhenti. Bila dibiarkan, BPH dapat menyebabkan penumpukan bakteri di saluran kencing yang akan menjadi faktor pencetus ISK (infeksi saluran kemih). Selain itu, dapat pula terjadi batu saluran kemih akibat dari kristalisasi garam-garam di residu urin.
Beberapa ahli menyatakan bahwa hormon androgen (testosteron dan hormon terkait) berperan penting dalam pembesaran prostat ini. Dihidrotestosteron (DHT), yakni metabolit testosteron, merupakan mediator penting pembesaran prostat. DHT terbentuk di prostat dari testosteron dengan bantuan 5α–reduktase. Enzim ini banyak terdapat di sel stromal prostat.
Obat yang digunakan untuk mengatasi pembesaran prostat ini dapat dikelompokkan menjadi 2, yakni α bloker dan 5α–reduktase inhibitor. Obat-obat α bloker meliputi doxazosin, terazosin, dan tamsulosin. Obat-obat α bloker bekerja dengan cara merelaksasi otot halus prostat dan leher kandung kemih, sehingga membantu memperlancar aliran kencing yang terhambat. Efek samping yang biasa terjadi akibat dari penggunaan obat golongan α bloker antara lain hipotensi ortostatik, perubahan ejakulasi, atau hidung tersumbat.
Obat 5α–reduktase inhibitor juga dapat digunakan untuk mengatasi pembesaran prostat. Contoh obatnya adalah finasteride dan dutasteride. Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim 5α–reduktase, sehingga akan menghambat produksi DHT (hormon yang berperan dalam pembesaran prostat). Kombinasi 5α–reduktase inhibitor dengan α bloker dikatakan mampu menghambat perkembangan BPH menjadi retensi urin akut. Efek samping 5α–reduktase inhibitor antara lain menurunnya libido dan disfungsi ereksi.
Referensi:
Silva, J; Silva, CM; Cruz, F (January 2014). “Current medical treatment of lower urinary tract symptoms/BPH: do we have a standard?”. Current opinion in urology. 24 (1): 21–8
by