Obat Baru Ini Efektif Melawan Malaria
Para ilmuwan di Universitas Tulane telah mengembangkan sejenis obat baru yang efektif melawan malaria. Hal ini berdasarkan uji klinis yang disupervisi juga oleh Food and Drug Administration (FDA) dan diterbitkan di jurnal The Lancet Infectious Disease. Hasil penelitian ini dipandang penting, karena para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa Plasmodium falciparum, yang bertanggungjawab terhadap kebanyakan kasus malaria telah mengembangkan resistensi terhadap obat-obatan anti malaria. Obat baru ini diperlukan sebagai benteng pertahanan untuk melawan strain kuman yang kebal obat. Obat yang dinamakan AQ-13 ini dikatakan mampu untuk membasmi parasit malaria dalam waktu seminggu.
Nyamuk yang telah terinfeksi parasit akan menyebarkan malaria, menyebabkan 200 juta kasus malaria di seluruh dunia dan lebih dari 400.000 kematian per tahunnya. Selama beberapa dekade, klorokuin telah digunakan untuk melawan malaria hingga terjadi resistensi oleh Plasmodium falciparum. Kini digunakan kombinasi obat artemether dan lumefantrine yang merupakan terapi primer malaria, meskipun terjadi juga beberapa kasus resistensi obat di beberapa negara.
Pada penelitian ini tim ilmuwan merekrut 66 pria dewasa di Mali yang mengalami malaria yang tidak terkomplikasi. Separuhnya diberi AQ-13 dan sisanya diberi kombinasi artemether dan lumefantrine. Kedua jenis obat memiliki tingkat kesembuhan yang sama. Namun lima peserta di kelompok AQ-13 keluar dari penelitian atau hilang kontak untuk follow up, dan sebanyak 2 peserta di kelompok artemether/lumefantrine gagal sembuh. Kini para ilmuwan tengah merancang penelitian lainnya dengan jumlah sampel lebih besar, termasuk wanita dan anak-anak, sebelum obat ini dapat digunakan secara luas di seluruh dunia.
Referensi:
Koita, O.A., Sangaré, L., Miller, H.D., Sissako, A., Coulibaly, M., Thompson, T.A., dkk., 2017. AQ-13, an investigational antimalarial, versus artemether plus lumefantrine for the treatment of uncomplicated Plasmodium falciparum malaria: a randomised, phase 2, non-inferiority clinical trial. The Lancet Infectious Diseases, 0: .
by