Nivolumab, Obat Kanker yang Bisa Melawan Infeksi HIV
Tim ilmuwan di Perancis telah menemukan bukti pertama bahwa obat kanker tertentu dapat digunakan untuk menghilangkan infeksi HIV pada sel manusia. Menurut sebuah warta yang diterbitkan di jurnal Annals of Oncology, tim ilmuwan melaporkan bahwa ketika mereka melakukan terapi terhadap pasien kanker paru yang juga menderita HIV dengan obat kanker bernama Nivolumab, mereka mengamati adanya penurunan yang drastis dan tetap pada reservoir sel di mana HIV dapat menghindar dari obat antiretroviral.
Reservoir sel HIV ditemukan di sistem kekebalan pada organ misalnya otak, sumsum tulang, dan saluran kelamin. Virus yang berada di reservoir akan berada pada kondisi dorman dan tidak dapat dibunuh oleh obat antiretroviral. Dari sini virus bisa menggandakan diri kapan saja dan menginfeksi lebih banyak sel tubuh tanpa bisa dihalangi oleh sistem kekebalan tubuh. Bila ditemukan cara untuk membersihkan sel reservoir HIV maka infeksi HIV dapat dibasmi secara keseluruhan dari dalam tubuh. Hal ini menjadikan HIV bisa disembuhkan.
HIV menginfeksi sel CD4, yakni sejenis sel darah putih yang memiliki peran penting dalam pengaturan respon kekebalan tubuh. Ketika sel CD4 diserang HIV, sel ini tidak hanya akan terinfeksi namun juga akan mengalami kelelahan sehingga berkurang kemampuannya untuk melawan infeksi. Tim ilmuwan mengatakan bahwa sel dorman CD4 yang telah terinfeksi HIV tidak secara aktif menghasilkan virus HIV baru. Ketika sel ini aktif kembali, maka virus HIV akan diproduksi juga. Akan tetapi proses reaktivasi ini dihambat oleh molekul seluler yang dinamakan immune check-point, salah satunya adalah programmed death-1 (PD-1). PD-1 ternyata dapat menghambat fungsi sel CD4 dalam melawan virus.
Beberapa obat dapat mengaktifkan kembali sel yang telah terinfeksi HIV, sehingga membuat sel ini menjadi terlihat oleh sistem kekebalan tubuh, yang akan menyerang sel tersebut. Obat-obatan yang menghambat immune check-point seperti PD-1 dikenal baik dalam bidang pengobatan kanker. Obat-obatan ini sangat efisien untuk memulihkan pertahanan tubuh, sehingga sel kekebalan tubuh dapat menolak sel kanker. Diduga bahwa penghambat immune check-point dapat pula membangunkan sel dorman yang terinfeksi HIV sehingga membuatnya lebih mudah diserang oleh sel kekebalan tubuh.
Nivolumab merupakan obat inhibitor PD-1, yang digunakan untuk menangani beberapa jenis kanker tahap lanjut, termasuk melanoma, non-small cell lung cancer, dan kanker ginjal. Seorang pasien penderita non-small cell lung cancer yang juga pengidap HIV diterapi menggunakan Nivolumab. Pasien ini didiagnosis HIV pada tahun 1995, dan didagnosis kanker pada tahun 2015. Ketika pasien mendapat Nivolumab untuk pertamakalinya, HIV tidak terdeteksi pada sampel darah. Virus HIV jumlahnya meningkat drastis hingga hari ke-45 sebelum menurun kembali. Pada waktu bersamaan, aktivitas sel T meningkat. Peningkatan ini khususnya terjadi pada sel CD8 yang teramati dari hari ke-30 hingga hari ke-120. Pada hari ke-120, sel reservoir HIV menurun dengan drastis dan tetap.
Efek penurunan reservoir HIV dan aktivitas antikanker Nivolumab merupakan hal yang berbeda. Ini merupakan contoh kasus yang pertama kali diamati pada manusia, walaupun ada satu kasus lagi yang menunjukkan bahwa jumlah reservoir HIV tidak turun, namun hasil ini cukup menarik. Penelitian lebih lanjut diperlukan guna mengukur efektifitas Nivolumab pada terapi HIV.
Referensi:
A Guihot, A -G Marcelin, M -A Massiani, A Samri, C SouliƩ, B Autran, J -P Spano. Drastic decrease of the HIV reservoir in a patient treated with nivolumab for lung cancer. Annals of Oncology, 2017; DOI: 10.1093/annonc/mdx696
by