Migrain Ternyata Ada Hubungannya dengan Bakteri di Mulut
Para ilmuwan telah menemukan mekanisme di balik terjadinya migrain. Gen nitrat, nitrit, dan nitrit oksida reduktase pada sampel oral dan fekal ternyata memiliki hubungan dengan kejadian migrain. Sampel ini diperoleh dari sebuah program swadana yang dinamakan American Gut Project. Erik Viirre, MD, PhD, seorang guru besar ilmu syaraf dari Universitas California merupakan salah satu anggota tim peneliti yang mengerjakan proyek ini, yang diterbitkan secara online di mSystems oleh American Society for Microbiology.
Senyawa nitrat tersusun atas sebuah atom hidrogen dan tiga buah atom oksigen. Ketika bakteri di mulut memecah senyawa nitrat, salah satu atom oksigennya lepas dan menghasilkan senyawa nitrit. Ketika berada di aliran darah, senyawa nitrit diubah menjadi nitrit oksida (NO). Hubungan antara senyawa nitrat dan sakit kepala bukanlah merupakan hal baru. Sebagai contohnya, makanan/minuman yang mengandung nitrat seperti anggur, coklat, dan daging olahan memacu terjadinya sakit kepala pada beberapa orang. Selain itu obat jantung yang mengandung nitrat (misalnya nitrogliserin) juga dapat menyebabkan sakit kepala.
Sakit kepala akibat nitrat umumnya memiliki derajat sedang yang terjadi dalam jarak waktu satu jam (cepat) sejak mengkonsumsi nitrat, atau dapat lebih parah yang terjadi sekitar 3-6 jam (tertunda) sejak mengkonsumsi nitrat. Sakit kepala yang terjadi cepat diduga berkaitan dengan proses vasodilasi yang diperantarai oleh NO, sedangkan sakit kepala yang tertunda terjadi akibat pelepasan senyawa peptida terkait gen kalsitonin, glutamat, cyclic guanosine monophosphate, atau akibat adanya perubahan terkait S-nitrosilasi di saluran ion.
Pada penelitian ini, para peneliti melakukan sekuens terhadap bakteri yang ditemukan pada 172 sampel oral dan 1996 sampel fekal dari donor yang melaporkan status migrainnya secara mandiri. Sampel berasal dari orang berumur antara 20 hingga 69 tahun, memiliki indeks masa tubuh antara 18,5-30 dan tidak ada riwayat penyakit inflammatory bowel disease, diabetes, dan penggunaan antibiotika pada tahun terakhir.
Para peneliti menemukan adanya perbedaan pada sampel orang penderita migrain dan yang tidak menderita migrain. Terdapat peningkatan kecil namun signifikan (P ≤ 0,001) dari nitrat, nitrit, dan gen nitrit oksida reduktase pada sampel fekal penderita migrain. Pada sampel oral penderita migrain juga ditemukan kadar nitrat, nitrit, dan gen nitrit oksida reduktase yang besar (P ≤ 0,001).
Para peneliti juga menggunakan operational taxonomic units (OTUs) untuk mengidentikasi dan menghitung bakteri. Terdapat perbedaan OTUs antara penderita migrain dengan yang tidak menderita migrain dalam hal bakteri jenis Streptococcus dan Pseudomonas. Semua bakteri tersebut dapat mengurangi kadar nitrat. Pada penderita migrain, jumlah bakteri Streptococcus dan Pseudomonas lebih sedikit dibandingkan orang yang tidak menderita migrain. Hal ini menjelaskan mengapa kadar nitrat penderita migrain lebih tinggi dibanding orang yang tidak menderita migrain.
Dr Viirre menyatakan bahwa timnya hanya menemukan sebuah ”korelasi” atau hubungan dan tidak dapat menghakimi bahwa kandungan bakteri merupakan penyebab aktual migrain. Banyak faktor lain yang berperan, misalnya genetika dan hormonal. Saat ini Dr Viirre dan rekan-rekannya tengah mengkaji pengubahan flora bakteri tubuh untuk mengendalikan migrain. Bakteri tubuh yang bermanfaat akan dipacu perkembangannya dengan cara pemberian makanan atau obat khusus.
Referensi:
Gonzalez, A., Hyde, E., Sangwan, N., Gilbert, J.A., Viirre, E., dan Knight, R., 2016. Migraines Are Correlated with Higher Levels of Nitrate-, Nitrite-, and Nitric Oxide-Reducing Oral Microbes in the American Gut Project Cohort. mSystems, 1: e00105-16.
by