Mengapa Pada Orang Tua Lukanya Lebih Lama Sembuh?
Seiring bertambahnya usia, luka ternyata lebih lama untuk sembuh. Hal ini sebenarnya sudah diamati sejak masa Perang Dunia Pertama, dimana luka lebih lama sembuh pada tentara yang berumur lebih tua. Sampai sekarang pun para ilmuwan belum mampu menjelaskan perubahan terkait usia apakah yang menyebabkan luka lebih lama sembuh.
Penelitian terbaru dari Universitas Rockefeller di Amerika Serikat mengeksplorasi misteri fisiologis ini dengan memeriksa perubahan molekuler pada kulit tikus. Hasilnya dimuat di jurnal Cell, menjelaskan aspek baru tentang bagaimana tubuh menyembuhkan luka. “Dalam hitungan hari sejak ada luka, sel-sel kulit bermigrasi dan menutup luka. Ini merupakan proses yang melibatkan koordinasi dengan sel-sel kekebalan tubuh di sekitarnya. Penelitian kami menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia terdapat gangguan komunikasi di antara sel-sel kulit dengan sel-sel kekebalan tubuh”, kata Elaine Fuchs, kepala Robin Chemers Neustein Laboratory of Mammalian Cell Biology. “Penemuan ini menunjukkan pendekatan baru bagi perkembangan terapi yang ditujukan untuk mempercepat penyembuhan luka pada orang yang berumur lebih tua”, tambahnya lagi.
Ketika kulit terluka, tubuh berupaya memperbaikinya dengan cepat guna mengembalikan fungsinya sediakala. “Penyembuhan luka merupakan salah satu proses paling kompleks yang terjadi di tubuh manusia”, kata Brice Keyes, seorang peneliti di Calico Life Sciences. Baik sel-sel kulit dan sel-sel kekebalan tubuh berperan dalam proses ini, diawali dengan pembentukan koreng. Sel kulit baru yang dinamakan keratinosit kemudian bepergian dalam bentuk lembaran untuk menutup luka di bawah koreng tersebut. Pada penelitian ini tim peneliti fokus kepada proses penyembuhan luka dengan membandingkan tikus berusia 2 bulan dan tikus berusia 24 bulan. Hal ini setara dengan usia manusia 20 dan 70 tahun. Tim peneliti menemukan bahwa pada tikus tua, keratinosit lebih lambat bermigrasi menuju celah luka kulit, dan sebagai hasilnya maka luka lebih lama sembuhnya.
Proses penyembuhan luka juga melibatkan sel-sel kekebalan tubuh khusus di kulit. Pada penelitian ini tim peneliti menemukan bahwa ketika kulit terluka, keratinosit pada luka akan berkomunikasi dengan sel kekebalan tubuh ini dengan menghasilkan protein yang bernama Skints yang akan memerintahkan sel kekebalan tubuh untuk tetap di kulit dan membantu mengisi celah luka. Pada tikus tua, keratinosit gagal menghasilkan sinyal ini.
Guna melihat apakah sinyal Skint ini dapat ditingkatkan pada kulit yang tua, para peneliti memindahkan sel kekebalan tubuh yang biasanya dikeluarkan setelah kulit terluka pada jaringan sel kulit di bawah cawan petri. Hasilnya terdapat peningkatan migrasi keratinosit, dengan kata lain keratinosit tua bekerja serupa keratinosit muda. Berdasarkan hasil penelitian ini, para peneliti berharap bahwa prinsip yang sama dapat diterapkan bagi pengobatan penyakit lain yang terkait usia.
Referensi:
Brice E. Keyes, Siqi Liu, Amma Asare, Shruti Naik, John Levorse, Lisa Polak, Catherine P. Lu, Maria Nikolova, Hilda Amalia Pasolli, Elaine Fuchs. Impaired Epidermal to Dendritic T Cell Signaling Slows Wound Repair in Aged Skin. Cell, 2016; 167 (5): 1323
by