Gaya Hidup

Daging Merah, Baik atau Buruk untuk Kesehatan?

Daging merah banyak mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh. Dalam beberapa tahun terakhir, reputasinya menjadi kurang baik oleh beberapa penelitian yang menyatakan bahwa daging merah meningkatkan risiko kanker dan beberapa penyakit lainnya. Namun benarkah bahwa daging merah berbahaya untuk kesehatan?

Daging merah didefinisikan sebagai daging yang berasal dari otot hewan mamalia, antara lain sapi, kambing, dan domba. Beberapa rumah tangga menjadikan daging merah sebagai makanan pokoknya, diolah dengan berbagai variasi menu lezat. Namun tren mengkonsumsi jenis daging ini cenderung menurun dari tahun ke tahun. Faktor yang membuat angka konsumsi daging merah mengalami penurunan adalah faktor kesehatan, masyarakat mulai beralih ke bahan pangan yang berasal dari tanaman. Hal ini didasarkan atas beberapa penelitian yang menyatakan manfaat kesehatan bahan pangan yang berasal dari tanaman. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Academy of Nutrition and Dietetics di Amerika Serikat mengklaim bahwa pola makan berbasis tanaman menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 62%, selain manfaat penurunan risiko terkena serangan jantung dan stroke. Nampaknya bukan hanya manfaat kesehatan makanan berbasis tanaman saja yang semakin menjauhkan masyarakat dari mengkonsumsi daging merah, namun beberapa risiko kesehatan di bawah ini juga turut andil dalam hal ini:

Kanker

Pada bulan Oktober 2015, WHO mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa daging merah “diduga menyebabkan kanker bagi manusia”. Sebagai informasi tambahan, WHO menyatakan pula bahwa daging merah yang diolah, seperti diberi garam, fermentasi, diasap, atau proses lain yang ditujukan untuk meningkatkan cita rasanya atau untuk mengawetkan dipandang oleh WHO sebagai “karsinogenik bagi manusia”. WHO mengambil kesimpulan ini atas rekomendasi dari International Agency for Research on Cancer (IARC) Working Group yang telah melakukan telaah terhadap lebih dari 800 penelitian yang menilai efek daging merah terhadap berbagai jenis kanker. IARC menyatakan bahwa setiap konsumsi 50 gram daging merah olahan yang dikonsumsi harian, bisa meningkatkan risiko kanker kolorektal sebesar 18%. Selain itu IARC juga mengungkapkan bukti hubungan antara asupan daging merah dengan risiko kanker pankreas dan kanker prostat. Diduga memasak daging merah dengan temperatur tinggi akan menghasilkan senyawa amina heterosiklik dan senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik. Kedua senyawa ini terbukti menjadi penyebab kanker pada model binatang percobaan, namun belum jelas apakah kedua senyawa ini juga menyebabkan kanker pada manusia. Belum cukup data untuk menyimpulkan apakah cara daging dimasak berpengaruh terhadap kanker.

Gagal Ginjal

Penyakit ini didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal tidak mampu menyaring sampah dan air dari dalam darah. Diabetes dan tekanan darah tinggi menjadi penyebab terbanyak dari gagal ginjal, namun pada bulan Juli 2016, sebuah penelitian menyatakan bahwa konsumsi daging merah dapat berperan pada penyakit gagal ginjal. Penelitian yang diterbitkan di Journal of the American Society of Nephrology ini melaporkan bahwa peserta penelitian yang mengkonsumsi daging merah 25 % lebih banyak dibanding peserta lainnya ternyata memiliki risiko paling tinggi, yakni sebesar 40 % untuk terkena gagal ginjal.

Penyakit Jantung

Penyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu di Amerika Serikat, bertanggungjawab atas kematian sebanyak 610.000 orang per tahunnya. Pola makan tidak sehat, tinggi lemak jenuh dan kolesterol merupakan faktor risiko penyakit jantung. Sejumlah penelitian telah menyatakan bahwa daging merah termasuk kategori makanan yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah. Penelitian tahun 2014 di Swedia yang melibatkan 37.000 orang mengungkapkan bahwa orang yang mengkonsumsi daging merah lebih dari 75 gram per hari memiliki risiko terkena gagal jantung sebesar 1,28 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi kurang dari 25 gram daging merah per harinya. Penelitian lainnya dari Columbia University di New York menemukan bahwa bakteri di usus mencerna senyawa yang terkandung dalam daging merah, yakni L-carnitine dan mengubahnya menjadi senyawa trimethylamine-N-oxide (TMAO). TMAO adalah senyawa yang dapat memicu pembentukan aterosklerosis pada tikus percobaan. Walaupun banyak sekali penelitian yang menyatakan kerugian daging merah bagi kesehatan, sejumlah penelitian lain tidak menyatakan demikian. Salah satu penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan di Purdue University di West Lafayette yang menyimpulkan bahwa memakan 3 ons daging merah sebanyak 3 kali seminggu tidak menyebabkan peningkatkan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Berapa Banyak Konsumsi Daging Merah yang Disarankan?

Meskipun banyak bukti yang menyatakan bahwa daging merah merugikan kesehatan, patut diingat bahwa daging merah adalah sumber nutrisi yang baik. Sebagai ilustrasinya, setiap 100 gram daging sapi mengandung 25 % angka kecukupan harian vitamin B3 dan 32 % zinc. Daging merah juga kaya akan zat besi, yang akan diserap lebih baik dibandingkan zat besi yang berasal dari tanaman, juga ada vitamin B6, selenium, serta vitamin dan mineral lainnya. Namun tetap merujuk kepada bukti yang ada, dianjurkan untuk membatasi asupan daging merah. The American Institute for Cancer Research menyarankan tidak lebih dari 18 ons konsumsi daging merah tiap minggu.

Referensi:

Total red meat intake of ≥0.5 servings/d does not negatively influence cardiovascular disease risk factors: a systemically searched meta-analysis of randomized controlled trials, doi:10.3945/​ajcn.116.142521, The American Journal of Clinical Nutrition, doi:10.3945/​ajcn.116.142521, publikasi 23 November 2016,

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmailby feather

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *