Evidence Based Medicine

Asiklovir, Terapi Andalan Herpes Simplex

Asiklovir, atau yang dikenal juga dengan nama asikloguanosin, adalah obat antiviral yang digunakan secara luas untuk pengobatan herpes simplex, juga dapat digunakan untuk pengobatan herpes zoster, virus Epstein-Barr, serta sitomegalovirus. Mekanisme kerja asiklovir didasarkan atas penghambatan enzim DNA polimerase virus. Asiklovir segera diubah menjadi asiklo-guanosin monofosfat oleh enzim timidin kinase virus, kemudian diubah lagi menjadi asiklo-guanosin trifosfat (asiklo-GTP). Asiklo-GTP bergabung dengan DNA virus yang akan mengakibatkan terhentinya aktifitas enzim DNA polimerase.

Asiklofir kurang larut dalam air, dan memiliki ketersediaan hayati yang rendah (10-20%) bila digunakan per oral. Oleh sebab itu bila dikehendaki konsentrasi asiklovir yang tinggi, suntikan intravena dapat diberikan kepada pasien. Selain itu dapat pula diberikan valaciclovir yang memiliki ketersediaan hayati lebih baik, yakni 55%. Valaciclovir ini akan diubah menjadi asiklovir di hati.

Obat ini tersedia di pasaran dalam bentuk tablet, injeksi intravena, krim topikal, serta salep mata. Sediaan bentuk krim digunakan untuk terapi herpes pada labia, sedangkan herpes yang menyerang mata dapat diterapi dengan sediaan asiklovir bentuk salep mata.

Efek samping asiklovir yang digunakan secara oral dan injeksi meliputi pusing, mual, diare, sakit kepala, serta reaksi pada lokasi injeksi. Pernah pula dilaporkan adanya kerusakan ginjal apabila asiklovir digunakan secara injeksi intravena dalam dosis besar, akibat adanya pembentukan kristal asiklovir di ginjal.

Bila digunakan secara topikal (obat luar), efek samping yang biasanya terjadi adalah kulit terasa kering dan terbakar. Sedangkan bila digunakan pada mata, beberapa pasien akan mengalami rasa tidak enak pada mata. Karena asiklovir bekerja dengan mempengaruhi DNA sel, maka penggunaannya hendaknya dihindari pada masa kehamilan. Toksisitas akut (LD50) asiklovir lebih dari 1 g/kg, hal ini disebabkan oleh rendahnya bioavailabilitas oral obat ini.

Referensi:

Wagstaff, AJ; Faulds, D; Goa, KL (January 1994). “Aciclovir. A reappraisal of its antiviral activity, pharmacokinetic properties and therapeutic efficacy.”. Drugs. 47 (1): 153–205.

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmailby feather

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *