Terapi Aspirin Stop, Risiko Penyakit Kardiovaskular Meningkat
Sebuah penelitian baru yang diterbitkan di jurnal Circulation menyatakan bahwa menghentikan terapi aspirin yang sedang dijalani jangka panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke kedua atau bahkan serangan jantung. Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan yang dipimpin oleh Johan Sundstrom dari Uppsala Univeristy, Swedia. American Heart Association (AHA) menyarankan bahwa orang yang berisiko terkena serangan jantung untuk minum Aspirin dosis rendah guna mencegah serangan jantung. Aspirin juga disarankan oleh AHA untuk diminum setelah seseorang terkena stroke atau serangan jantung guna mencegah serangan stroke dan jantung susulan.
Namun tidak semua pasien mematuhi anjuran ini. Menurut data dari penelitian sebelumnya, sekitar 10-20 % pasien yang diminta untuk minum Aspirin sebagai upaya pencegahan malah tidak mematuhi anjuran tersebut. Pasien- pasien tersebut berhenti minum Aspirin pada tahun pertama hingga tahun ketiga setelah pasien-pasien tersebut terkena stroke atau serangan jantung untuk pertama kalinya.
Ternyata ada akibat dari ketidakpatuhan tersebut. Hasil penelitian Johan Sundstrom dan rekan-rekannya membuktikan bahwa pasien yang berhenti minum Aspirin berisiko 37 % lebih besar untuk terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan pasien yang tetap meneruskan minum Aspirin. Hal ini berarti bahwa terjadi kematian, serangan jantung, dan stroke pada 1 orang dari 74 pasien yang berhenti minum Aspirin. Menanggapi hasil penelitian ini, tim ilmuwan menyatakan bahwa Aspirin dosis rendah adalah terapi yang murah dan sederhana. Selama tidak ada efek samping pendarahan dan pasien akan operasi, disarankan agar pasien tetap minum Aspirin.
Referensi:
by