Evidence Based Medicine

Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7

Hipertensi menurut pedoman JNC7 didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg, dan tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Berdasarkan rekomendasi Seventh Report of the Joint National Commitee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7), klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa berumur lebih dari 18 tahun adalah sebagai berikut:

  • Normal: tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg, diastolik kurang dari 80 mmHg
  • Prehipertensi: tekanan sistolik 120-139 mmHg, diastolik 80-89 mmHg
  • Hipertensi tahap 1: tekanan sistolik 140-159 mmHg, diastolik 90-99 mmHg
  • Hipertensi tahap 2: tekanan sistolik lebih dari atau sama dengan 160 mmHg, diastolik lebih dari atau sama dengan 100 mmHg.

Tatalaksana hipertensi menurut JNC7 meliputi dua hal, yakni perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis. Perubahan gaya hidup dianjurkan pula oleh pedoman lainnya, seperti American Diabetes Association (ADA) dan American Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA) sebagai terapi pertama dalam tatakelola hipertensi. Rekomendasi JNC7 terkait perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler adalah sebagai berikut:

  1. Mengurangi berat badan, dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 5-20 mmHg setiap pengurangan 10 kg berat badan.
  2. Tidak mengkonsumsi alkohol
  3. Mengurangi asupan garam sehingga tidak melebihi 2-4 gram natrium atau 6 gram garam. Hal ini dapat menurunkan tekanan darah sekitar 2-8 mmHg.
  4. Menjaga asupan kalium yang seimbang dari makanan (sekitar 90 mmol/hari).
  5. Menjaga asupan kalsium dan magnesium yang seimbang dari makanan.
  6. Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol
  7. Berolahraga ringan 30 menit sehari, hal ini dapat mengurangi tekanan darah sistolik 4-9 mmHg.

AHA/ASA merekomendasikan pola makan rendah natrium/garam, tinggi kalium, dan kaya akan buah, sayur, dan produk olahan susu yang rendah lemak untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke.

Bila pengubahan gaya hidup tidak berhasil untuk menurunkan tekanan darah, maka dilakukan terapi farmakologi sebagai bagian dari tatalaksana hipertensi. Diuretika golongan tiazida (misalnya HCT) merupakan pilihan pertama bila tidak ada indikasi pemaksa (compelling indication).

Indikasi pemaksa (compelling indication) merupakan kondisi risiko tinggi seperti gagal jantung, penyakit jantung iskemik, gagal ginjal kronik, dan stroke berulang, atau kondisi yang berkaitan dengan hipertensi misalnya diabetes. Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ACE inhibitor (captopril, lisinopril), angiotensin receptor blocker/ARB (valsartan, termisartan, irbesartan, losartan), calcium channel blocker (amlodipin, diltiazem), dan beta blocker (bisoprolol) dapat digunakan sebagai bagian dari tatalaksana hipertensi pada berbagai indikasi pemaksa.

  • Gagal jantung: beta blocker, ACE inhibitor, ARB, antagonis aldosteron (spironolakton).
  • Diabetes: diuretika (HCT), beta blocker, ACE inhibitor, ARB, dan calcium channel blocker
  • Penyakit ginjal kronik: ACE inhibitor, ARB
  • Pencegahan stroke berulang: diuretik, ACE inhibitor

Referensi:

Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al. Seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension. Dec 2003;42(6):1206-52.

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmailby feather

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *