Evidence Based Medicine

Tatalaksana Diabetes pada Kehamilan

Diabetes pada kehamilan atau disebut juga diabetes gestasional adalah intoleransi glukosa selama masa kehamilan. Angka kejadian diabetes gestasional adalah 90% dari seluruh kasus diabetes melitus pada kehamilan, sedangkan sianya yakni 8% merupakan angka kejadian penyakit diabetes yang memang sudah dialami sebelum kehamilan. Bayi yang dilahirkan dari ibu pengidap diabetes sebelum kehamilan berisiko dua kali terkena cidera serius saat lahir, tiga kali berpeluang lahir melalui operasi cesar, dan empat kali lebih berisiko untuk masuk ke NICU (Newborn Intensive Care Unit).

Tatalaksana diabetes pada kehamilan meliputi diet, pemberian insulin, pemberian obat hipoglikemik oral, manajemen obstetrik prenatal, serta manajemen bayi baru lahir.  Tujuan diet adalah untuk menghindari asupan makanan yang besar sekaligus serta asupan karbohidrat berstruktur sederhana. Penambahan asupan makanan yang mengandung karbohidrat berstruktur kompleks dan selulosa seperti biji-bijian utuh dan polong-polongan adalah penting bagi kesuksesan pengendalian gula darah pada kehamilan. Asupan karbohidrat hendaknya dijaga di bawah 50% dari menu harian, sedangkan sisanya adalah protein dan lemak. Telah dibuktikan bahwa dengan mengurangi asupan kalori sebesar 30-33% dapat menurunkan kadar gula darah dan kadar trigliserida tanpa peningkatan ketonuria. Tentunya konsultasi dan supervisi diet oleh ahli gizi berperan penting untuk memastikan keberhasilan diet ini.

Pada diabetes gestasional, intervensi awal dengan insulin atau obat hipoglikemik oral memiliki peran yang penting untuk memastikan hasil pengendalian gula darah yang baik ketika diet gagal mengatasinya. Terapi dengan insulin harus mempertimbangkan individualisasi dosis yang disesuaikan dengan profil gula darah pasien. Tujuan pemberian insulin pada diabetes gestasional adalah untuk mendapatkan profil kadar glukosa serupa dengan profil kadar glukosa normal. Insulin yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah jenis insulin lispro, regular, aspart, dan NPH, serta insulin detemir. Regimen insulin hendaknya dimodifikasi seiring bertambahnya usia kehamilan dan bertambahnya resistensi terhadap insulin.

Selain insulin, obat hipoglikemik oral seperti gliburide dan metformin juga dapat digunakan untuk mengendalikan kadar gula darah selama kehamilan. Metformin adalah obat hipoglikemik oral yang termasuk kelompok biguanida, yang mekanisme kerja utamanya adalah menurunkan produksi gula hepatik. Diketahui bahwa metformin melintasi plasenta dan ternyata kadarnya di dalam ari-ari melebihi kadar di dalam plasma ibu. Sedangkan gliburide, yang termasuk dalam kelompok sulfonilurea generasi kedua, ditransport secara minimal di plasenta akibat dari tingginya pengikatan obat oleh plasma dan pendeknya waktu paruh gliburide. Gliburide sebaiknya tidak digunakan pada trimester pertama kehamilan karena profil keamanannnya masih terbatas, namun obat ini aman digunakan selama menyusui.

Manajemen obstetrik prenatal bertujuan untuk mencegah bayi lahir mati dan asphyxia serta menurunkan mobiditas ibu dan bayi selama proses persalinan. Monitoring terhadap ukuran janin hendaknya dilakukan untuk menentukan waktu dan metode persalinan. Monitoring ukuran janin dengan USG, walaupun bermasalah dengan akurasinya, tetap digunakan sebagai standar pelayanan. Pemeliharaan homeostasis metabolik intrapartum akan mengoptimalkan proses transisi bayi setelah dilahirkan, hal ini dapat menurunkan kejadian hiperinsulinemia neonatus serta hipoglikemia yang mengikutinya. Penggunaan kombinasi insulin dan infus glukosa selama proses persalinan adalah untuk menjaga kada glukosa darah ibu agar berada di kisaran 80-100 mg/dL. Biasanya digunakan dekstrosa 5% dengan laju infusi 100 mL/jam dikombinasikan dengan insulin reguler 0,5-1,0 unit/jam.

Hal penting lainnya dalam tatalaksana diabetes pada kehamilan adalah manajemen neonatus. Masalah metabolik kritis yang dihadapi neonatus yang dilahirkan dari ibu yang mengidap diabetes adalah masalah hipoglikemia. Hipoglikemia yang tidak dimonitor dan tidak dikoreksi dapat menyebabkan bangkitan, kerusakan otak, dan kematian neonatus. Rekomendasi terkini dalam manajemen neonatus adalah monitoring gula darah dan pemberian asupan makanan oral (utamakan dari ASI), dengan tambahan glukosa secara intravena bila asupan oral tidak mencukupi. Bukti klinis menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI berisiko jauh lebih kecil terkena diabetes dibandingkan dengan bayi yang diberi susu sapi.

Pencegahan diabetes pada kehamilan nampaknya sulit untuk dilakukan, karena adanya perubahan hormonal pada wanita hamil. Penelitian dengan sampel besar yang dilakukan oleh Stafne dkk menemukan bahwa program olah raga standar selama 12 minggu paruh kedua masa kehamilan tidak memiliki manfaat untuk mencegah diabetes gestasional pada wanita sehat dengan indeks masa tubuh normal.

Referensi:

Baptiste-Roberts K, Barone BB, Gary TL, et al. Risk factors for type 2 diabetes among women with gestational diabetes: a systematic review. Am J Med. Mar 2009;122(3):207-214

Stafne SN, Salvesen K, Romundstad PR, et al. Regular Exercise During Pregnancy to Prevent Gestational Diabetes: A Randomized Controlled Trial. Obstet Gynecol. Jan 2012;119(1):29-36

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmailby feather

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *