Tatalaksana Aldosteronisme Primer Terbaru
Pedoman tatalaksana aldosteronisme primer terbaru telah dikeluarkan dan diterbitkan di Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism pada bulan Mei 2016. Aldosteronisme primer, meskipun sering dijumpai, namun terkadang tidak didiagnosis dan dikelola dengan baik. Penderita aldosteronisme primer memiliki risiko 12 kali lebih besar terserang fibrilasi atrial, 4 kali lebih berisiko terkena serangan jantung non fatal, dan 6 kali berisiko lebih tinggi terkena stroke bila dibandingkan dengan penderita hipertensi esensial.
Aldosteronisme primer terjadi ketika satu atau lebih kelenjar adrenal mensekresi kelebihan hormon aldosteron ke dalam aliran darah, hal ini menyebabkan hipertensi akibat retensi natrium. Aldosteroma dan hiperplasia adrenal merupakan penyebab utama aldosteronisme primer. Terapi tertarget merupakan metode pilihan untuk pasien penderita penyakit ini. Pedoman terbaru tatalaksana aldosteronisme ini berbeda dari pedoman serupa yang pernah dikeluarkan pada tahun 2008 lalu dalam hal pengenalan eksplisit aldosteronisme primer dan rekomendasi skrining untuk pasien yang diduga terkena penyakit ini.
Menurut pedoman terbaru ini skrining aldosteronisme primer hendaknya dilakukan kepada pasien yang memenuhi kriteria berikut ini:
– pasien penderita hipertensi yang juga mengalami hipokalemia
– pasien penderita hipertensi dan sleep apnea
– pasien penderita hipertensi menetap, yakni tekanan darah di atas 150/100 mmHg pada tiga pemeriksaan terpisah yang diambil pada hari yang berbeda.
– Pasien penderita hipertensi resisten, yakni hipertensi yang tidak terkendali walaupun sudah menggunakan 3 jenis obat antihipertensi konvensional.
– Pasien penderita hipertensi yang terkendali dengan 4 atau lebih obat antihipertensi.
– Pasien penderita hipertensi dan massa pada kelenjar adrenal
– Pasien yang mengalami hipertensi dini (sebelum usia 40 tahun) atau bagi yang memiliki riwayat keluarga penderita hipertensi dan stroke dini.
Tes yang direkomendasikan untuk skrining aldosteronisme primer adalah rasio aldosteron terhadap renin (ARR). Meskipun tes ini diterima sebagai alat uji di seluruh dunia, namun terdapat perbedaan dalam penafsiran hasilnya. Bila pasien mendapatkan hasil tes positif untuk aldosteronisme primer, maka pasien tersebut harus melakukan tes eksklusi atau tes konfirmasi, dimana tersedia 6 tes jenis ini yang harus dilakukan. Namun tidak ada kesepakatan perihal tes mana yang harus dipilih. Diharapkan pada update mendatang, sudah ada kesepakatan mengenai tes konfirmasi yang dapat digunakan secara universal.
Menurut pedoman, semua pasien yang didiagnosis aldosteronisme primer harus menjalani scan tomografi komputer pada kelenjar adrenal guna mengetahui ada atau tidaknya adrenokortikal karsinoma. Selain itu pasien tersebut juga harus menjalani lateralisasi oleh radiologis intervensional. Namun proses lateralisasi ini dikontraindikasikan bagi beberapa pasien dan juga harganya cukup mahal.
Pada kasus ini, terapi farmakologis menggunakan antagonis reseptor mineralokortikoid menjadi pilihan tepat. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja aldosteron. Obat lainnya dapat diberikan sesuai kebutuhan pasien. Dengan cara ini diharapkan pasien dengan aldosteronisme primer yang berujung pada tidak terkendalinya tekanan darah dapat dikelola dengan baik.
Referensi:
Funder, J.W., Carey, R.M., Mantero, F., Murad, M.H., Reincke, M., Shibata, H., Stowasser, M. and Young Jr, W.F., 2016. The management of primary aldosteronism: case detection, diagnosis, and treatment: an Endocrine Society Clinical Practice Guideline. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, pp.jc-2015.