Evidence Based Medicine

Mengobati Nyeri Akut dengan Parasetamol Intravena

Selama lebih dari satu abad, parasetamol (N-asetil-p-aminofenol) telah dikenal di seluruh dunia sebagai obat yang aman dan efektif untuk meredakan nyeri dan demam. Parasetamol tersedia dalam bentuk sediaan oral, rektal, dan intravena. Sediaan oral dan rektal parasetamol memiliki mula kerja yang lebih lambat dibandingkan sediaan intravena, hal ini menjadikan rute pemberian obat parasetamol secara oral dan rektal menjadi kurang bermanfaat pada layanan perioperatif, postoperatif, dan untuk pemakaian akut.

Parasetamol intravena merupakan obat analgesik (pereda nyeri) untuk mengatasi nyeri derajat ringan hingga sedang. Parasetamol dapat dikombinasikan dengan analgesik golongan narkotika/opioida untuk menangani nyeri derajat sedang hingga berat. Bentuk sediaan parasetamol intravena ini tidak perlu dilarutkan dahulu dan digunakan secara infus. Perhitungan dosis sederhana perlu diterapkan bagi pasien anak 2-12 tahun dan bagi orang yang berumur lebih dari 13 tahun namun memiliki berat badan kurang dari 50 kg.

Keuntungan pemberian parasetamol intravena adalah mula kerjanya yang lebih cepat dibandingkan rute oral dan rektal, ditambah dengan lebih dapat diprediksikannya parameter farmakokinetika. Konsentrasi maksimal di dalam plasma akan tercapai lebih cepat (70%) dibandingkan rute oral dan rektal, tanpa mengubah profil keamanan obat. Efek analgesik atau meredakan nyeri yang sudah dicapai oleh parasetamol intravena dapat dilanjutkan oleh parasetamol oral. Tidak ada penyesuaian dosis antara pemberian intravena dengan oral.

Parasetamol intravena cocok dikombinasikan dengan obat pereda nyeri lainnya, misalnya NSAID dan narkotika. Ketika digunakan secara kombinasi, parasetamol dapat menurunkan konsumsi obat pereda nyeri narkotika, menurunkan nyeri lebih baik, meningkatkan kepuasan pasien, serta dapat mengurangi biaya perawatan pasien. Oleh karena keefektifan, keamanan, kurangnya interaksi obat, dan kurangnya efek samping obat yang ditimbulkan parasetamol dibandingkan obat pereda nyeri lainnya, maka parasetamol intravena menjadi pilihan menarik untuk rencana tatalaksana nyeri multimodal. Ketika pasien mampu menggunakan rute oral, maka sebaiknya pasien menggunakan rute oral, namun bila pasien tidak mampu menggunakan rute oral maka sebaiknya digunakan rute intravena.

Referensi:

Memis, D., Inal, M. T., Kavalci, G., Sezer, A., & Sut, N. (2010). Intravenous paracetamol reduced the use of opioids, extubation time, and opioid-related adverse effects after major surgery in intensive care unit. Journal of Critical Care, 25(3), 458–462.

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmailby feather

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *