Evidence Based Medicine

Mengobati Kolesterol Tinggi dengan Antibodi Monoklonal

Kadar kolesterol LDL yang tinggi pada beberapa orang yang memiliki riwayat keluarga pengidap hiperkolesterolemia umumnya tidak terkontrol dengan baik, walaupun sudah mengubah pola makan dan menggunakan obat-obatan secara maksimal. Meningkatnya konsentrasi proprotein konvertase subtilisin/kexin tipe 9 (PCSK9) bertanggungjawab terhadap naiknya kadar kolesterol LDL pada orang-orang ini.

Antibodi monoklonal, yang memiliki mekanisme kerja menghambat PCSK9 telah menunjukkan potensi menurunkan kadar kolesterol LDL pada pasien pengidap hiperkolesterolemia akibat faktor keturunan. Dua jenis obat antibodi monoklonal, yaitu evolocumab dan alirocumab diberikan secara injeksi subkutan setiap dua minggu atau sebulan sekali, telah terbukti memiliki kemanjuran dan profil keamanan dan diharapkan. Akan tetapi penelitian mengenai keamanan penggunaan obat secara jangka panjang perlu dilaksanakan untuk meneliti efektivitas antibodi monoklonal dalam mencegah penyakit kardiovaskuler.

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia. Tingginya kadar kolesterol LDL merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Obat golongan statin, misalnya simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin diindikasikan untuk pencegahan primer dan sekunder kejadian kardiovaskuler.

Alirocumab
Alirocumab adalah antibodi monoklonal yang digunakan bersama dengan pengaturan pola makan dan obat-obatan statin. Dosis alirocumab yang direkomendasikan adalah diawali dengan dosis 75 mg yang diinjeksikan subkutan setiap 2 minggu. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 150 mg setiap 2 minggu. Efek samping alirocumab yang biasanya terjadi adalah reaksi pada lokasi suntikan, serta gejala flu dan demam. Pasien yang memiliki kelainan fungsi hati dan ginjal tidak memerlukan penyesuaian dosis, begitu pula dengan pasien usia lanjut.

Evolocumab
Dosis evolocumab yang direkomendasikan adalah 140 mg yang diinjeksikan subkutan setiap 2 minggu atau 420 mg yang diinjeksikan subkutan setiap bulan. Efek samping evolocumab meliputi nasofaringitis, infeksi saluran pernafasan atas, influenza, nyeri pinggang, dan reaksi pada lokasi suntikan. Seperti halnya alirocumab, tidak perlu ada penyesuaian dosis bagi pasien penderita kelainan fungsi hati dan ginjal yang menggunakan evolocumab.

Bococizumab
Obat ini masih dalam tahap penelitian oleh Pfizer. Uji klinik tahap I dan IIa menunjukkan bahwa obat ini dapat menurunkan kadar kolesterol LDL melebihi 75%. Reaksi lokal pada lokasi suntikan dijumpai pada kelompok pasien yang menggunakan bococizumab.

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmailby feather

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *