Evidence Based Medicine

Mengenal Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) dan Terapinya

Leukemia adalah sejenis kanker yang biasanya bermula dari sumsum tulang, hal ini menyebabkan tingginya jumlah sel darah putih abnormal. Sel-sel darah putih ini tidak berkembang dengan baik, disebut sebagai blast atau sel leukemia.

Gejala leukemia meliputi pendarahan, kulit lebam, sering merasa kecapekan, demam, dan meningkatnya risiko terkena infeksi. Gejala leukemia ini terjadi karena kurangnya sel darah yang normal. Penegakan diagnosis leukemia dilakukan dengan tes darah atau dapat pula dengan biopsi sumsum tulang. Pemeriksaan kromosom Philadelphia juga diperlukan pada kasus ini.

Penyebab pasti leukemia belum diketahui. Beberapa jenis leukemia diduga disebabkan oleh penyebab yang berbeda-beda. Baik faktor keturunan dan faktor lingkungan dapat terlibat. Faktor risiko terjadinya leukemia meliputi merokok, radiasi, bahan kimia (misalnya benzena), kemoterapi, dan sindroma Down. Orang yang memiliki riwayat keluarga penderita leukemia merupakan kelompok orang yang berisiko tinggi terkena leukemia. Terdapat empat jenis leukemia, yakni acute lymphoblastic leukemia (ALL), acute myeloid leukemia (AML), chronic lymphocytic leukemia (CLL), dan chronic myeloid leukemia (CML). Selain empat jenis tersebut, terdapat pula jenis leukemia lain yang agak kurang populer.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) adalah salah satu jenis leukemia yang ditandai dengan produksi serta akumulasi sel-sel darah putih yang belum matang, dikenal dengan nama limfoblast. Pada penderita acute lymphoblastic leukemia (ALL), limfoblast diproduksi secara berlebihan di sumsum tulang, menyebabkan kerusakan dan kematian dengan cara menghambat produksi sel-sel normal (misalnya sel darah putih, sel darah merah, dan platelet/trombosit) di sumsum tulang dan dengan cara menyebar/infiltrasi ke organ lainnya.

Terapi acute lymphoblastic leukemia (ALL) bertujuan untuk menginduksi remisi, yakni periode dimana tidak ditemukannya sel kanker di dalam tubuh (biasanya kurang dari 5% sel blast di sumsum tulang). Pengobatan acute lymphoblastic leukemia (ALL) meliputi pemberian kemoterapi, steroid, terapi radiasi, serta transplantasi sumsum tulang.

Kemoterapi merupakan pilihan pertama pengobatan acute lymphoblastic leukemia (ALL), sebagian besar pasien akan mendapatkan kombinasi terapi. Tidak ada pilihan untuk pembedahan karena luasnya distribusi sel-sel ganas yang meluas di dalam tubuh. Kemoterapi pada acute lymphoblastic leukemia (ALL) terdiri dari tahap remisi, induksi, intensifikasi, dan pemeliharaan.

Tahap induksi remisi pada kemoterapi bertujuan untuk membunuh sebagian besar sel tumor secara cepat sehingga pasien sampai pada tahap remisi. Obat yang digunakan pada tahap kemoterapi ini adalah prednisolon atau deksametason, vinkristin, asparaginase (ditoleransi lebih baik pada pasien pediatrik), dan daunorubisin (digunakan pada pasien dewasa). Profilaksis sistem saraf pusat dilakukan melalui pemberian terapi iradiasi, kombinasi obat sitarabin ditambah metotreksat, atau sitarabin liposomal.

Tahap konsolidasi/intensifikasi pada terapi acute lymphoblastic leukemia (ALL) menggunakan dosis tinggi obat-obatan kemoterapi guna mengurangi sel-sel tumor lebih lanjut. Oleh karena sel-sel ALL kadangkala menembus sistem saraf pusat, maka sebagian besar protokol melibatkan pemberian kemoterapi pada cairan sistem saraf pusat, dikenal dengan rute intratekal. Obat yang diberikan pada tahap ini meliputi vinkristin, siklofosfamid, sitarabin, daunorubisin, etoposid, tioguanin, atau merkaptopurin.

Tahap pemeliharaan pada terapi acute lymphoblastic leukemia (ALL) bertujuan untuk membunuh sisa sel tumor yang tidak terbunuh pada tahap kemoterapi sebelumnya. Meskipun sel tersebut kecil namun dapat menimbulkan kekambuhan bila tidak dihilangkan. Obat yang diberikan pada tahap pemeliharaan ini meliputi obat oral merkaptopurin harian, metotreksat sekali seminggu, vinkristin setiap bulan secara intravena, dan kortikosteroid oral. Tahap pemeliharaan memakan waktu 2-3 tahun.

Selain kemoterapi, acute lymphoblastic leukemia (ALL), juga dapat diterapi menggunakan radiasi/radioterapi. Pada beberapa kasus ALL kambuhan, terapi menargetkan target biologis seperti proteasom dikombinasikan dengan kemoterapi telah menunjukkan hasil baik pada uji klinis. Obat terapi biologis yang sedang dujikan yakni blinatumomab (suatu antibodi monoklonal).

Imumoterapi menggunakan CARs (chimeric antigen receptors) juga menunjukkan hasil yang baik pada uji klinis. Pada imunoterapi, digunakan single chain variable fragment (scFv) yang dirancang untuk mengenali penanda permukaan sel CD19. CD19 adalah molekul yang ditemukan pada semua sel B dan dapat digunakan sebagai cara untuk membedakan potensi populasi sel B ganas pada pasien, kemudian sel T akan dipacu untuk melakukan respon sitotoksik.

Demikian penjelasan singkat mengenai acute lymphoblastic leukemia (ALL), semoga dapat bermanfaat.

Referensi:

Hsu LI, Chokkalingam AP, Briggs FB, et al. (2015). “Association of genetic variation in IKZF1, ARID5B, and CEBPE and surrogates for early-life infections with the risk of acute lymphoblastic leukemia in Hispanic children”. Cancer Causes Control. 26 (4): 609–19.

 

Ditulis oleh Mahirsyah Wellyan TWH, Apt., MSc.

Praktisi Farmasi Klinik di RSUP Dr Kariadi Semarang

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmailby feather

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *