Mayoritas Obat Opioida yang Dibawa Pulang Tidak Digunakan
Sebuah kajian terhadap beberapa penelitian mengenai penggunaan obat opioida yang diresepkan setelah pasien menjalani operasi menyatakan bahwa sebagian besar obat tersebut mubazir alias tidak digunakan. Temuan mengejutkan ini dinyatakan oleh tim dari John Hopkins. Temuan lainnya adalah lebih dari 90 % pasien tersebut tidak membuang obat sisanya menurut cara yang direkomendasikan.
Kajian yang dimuat di jurnal JAMA Surgery ini menekankan kepada pentingnya pengelolaan nyeri yang lebih personal guna menghindari peresepan opioida yang berlebihan serta untuk mengurangi risiko penyalahgunaan opioida. Pada kajian ini ditemukan sebanyak 67 hingga 92 % dari total 810 pasien tidak menggunakan semua obat opioida yang telah dibawa pulang. Walaupun tidak digunakan, obat tersebut masih tetap disimpan, dan berpotensi meningkatkan penyalagunaan opioida.
Obat opioida yang sering diresepkan untuk dibawa pulang oleh pasien antara lain morfin, hidromorfon, dan kodein tablet. Selama ini pasien menggunakan obat pereda nyeri opioida tidak dalam dosis yang pasti, tergantung derajat nyeri pasien. Misalnya obat yang digunakan setiap 4 jam sekali, atau “bila nyeri” saja. Hal ini menjadi tantangan bagi pada dokter untuk meresepkan obat opioida yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien secara individu. Sebagai alternatif untuk opioida, bisa juga menggunakan parasetamol. Beberapa penelitian menyatakan bahwa parasetamol juga efektif untuk mengatasi nyeri derajat sedang setelah operasi. Hendaknya hal ini perlu dicermati dengan serius guna menghindari persepan berlebihan obat opioida.
Referensi:
Mark C. Bicket, MD et al. Prescription Opioid Analgesics Commonly Unused After SurgeryA Systematic Review. JAMA Surgery, August 2017 DOI: 10.1001/jamasurg.2017.0831
by