Kersen, Buah Kecil yang Besar Manfaatnya
Kersen atau talok (Muntingia calabura) adalah tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan, kepulauan Karibia, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan bagian barat. Pohon kersen termasuk pohon yang tidak terlalu tinggi, yakni sekitar 7-12 meter, dan memiliki beberapa cabang. Bunganya kecil, berwarna putih, dan sedikit beraroma. Buah kersen muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi merah tua bila sudah masak, rasanya manis dan memiliki biji-biji kecil yang tersebar pada daging buahnya. Pohon yang termasuk tanaman perintis ini dapat hidup pada kondisi tanah yang asam atau basa, miskin unsur hara, serta tahan terhadap kekeringan. Biji kersen disebarkan oleh burung dan kelelawar buah, dan juga oleh manusia karena buahnya bisa dimakan dan memiliki banyak manfaat. Kini pohon yang bisa bermanfaat sebagai tanaman peneduh ini telah dinaturalisasi di daerah-daerah tropik seperti Asia Tenggara. Sebagai tanaman perintis, kersen dapat membantu mengkondisikan tanah agar dapat ditanami tanaman lainnya. Akan tetapi ia juga dianggap tanaman invasif, karena dapat mendesak dan berkompetisi dengan tanaman asli daerah tersebut.
Kersen, walaupun sepintas tidak bermakna, ternyata memiliki berbagai manfaat bagi manusia. Buahnya dapat dimakan langsung, atau diolah sebagai selai kersen. Daun kersen dapat diseduh seperti teh dan diminum, sedangkan kayunya dapat dibuat menjadi alat rumah tangga atau menjadi kayu bakar. Secara tradisional, manfaat kersen untuk kesehatan adalah sebagai pereda rasa nyeri, anti radang, penurun panas, dan antipruritik. Menurut Mahmood dkk., 2014, secara tradisional, masyarakat Peru menggunakan bunga dan kulit batangnya sebagai antiseptik dan pereda bengkak pada ekstremitas bawah, sedangkan seduhan daun kersen digunakan untuk mengobati maag dan pembengkakan kelenjar prostat, serta mengobati demam. Seduhan kulit batang kersen juga digunakan secara tradisional untuk meredakan bengkak pada ekstremitas bawah. Di Kolombia, seduhan bunga kersen digunakan sebagai penenang dan tonik. Di Filipina, bunganya juga dimanfaatkan secara tradisional untuk meredakan sakit kepala, penenang, dan anti kejang.
Senyawa kimia yang terkandung di dalam kersen beragam, akarnya mengandung 12 macam flavonoid yang diperoleh dari ekstrak metanol, begitu pula dengan bagian-bagian tanaman lainnya. Senyawa-senyawa tersebut memiliki khasiat farmakologis yang menjadi bukti bagi pembenaran penggunaan kersen sebagai obat tradisional. Uji toksisitas akut yang dilakukan di India menyatakan bahwa ektrak metanol buah dan daun kersen yang diberikan kepada mencit sebanyak 2000 mg/kg BB belum memberikan efek toksisitas maupun mortalitas.
Efek sitotoksik kersen juga telah diamati dengan baik. Ekstrak akarnya bersifat sitotoksik terhadap sel kanker kolon, kanker nasofaring serta sel kanker nasofaring yang resisten terhadap vinkristin. Selain akarnya, ekstrak daun kersen juga memiliki efek antiproliferasi terhadap beberapa jenis sel kanker secara in vitro.
Ekstrak daun kersen memiliki efek antiagregasi platelet yang dilakukan secara in vitro terhadap darah kelinci. Efek antiagregasi ini dikatakan sebesar 1,4 – 43,2 % bila dibandingkan dengan aspirin yang hanya memiliki efek penghambatan platelet sebesar 1,5 %. Efek kardioprotektif daun kersen juga telah dibuktikan pada mencit, dimana terjadi penurunan aktivitas enzim AST, ALT, CK, dan LDH pada mencit yang diberi ekstrak daun kersen dengan dosis 200 mg dan 300 mg/kg BB.
Ekstrak buah kersen memiliki khasiat antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro. Selain itu, ekstrak buahnya juga memiliki efek antioksidan. Penelitian-penelitian tersebut membuktikan manfaat kersen bagi kesehatan, seperti yang telah dilakukan secara empiris pada pengobatan tradisional.
Referensi:
Mahmood, N.D., Nasir, N.L.M., Rofiee, M.S., Tohid, S.F.M., Ching, S.M., Teh, L.K., dkk., 2014. Muntingia calabura: a review of its traditional uses, chemical properties, and pharmacological observations. Pharmaceutical Biology, 52: 1598–1623.