Inilah Penyebabnya Mengapa Saat Liburan Waktu Cepat Berlalu
Waktu terasa cepat berlalu ketika kita senang, dan terasa sangat lama ketika kita jenuh atau bosan. Persepsi terhadap waktu ini telah menjadi objek telaah para ilmuwan, filsuf, hingga artis. Baru-baru ini tim peneliti menemukan penjelasan mengapa kita mempersepsikan waktu secara berbeda.
Beberapa penelitian di bidang psikologi telah menunjukkan bahwa emosi mempengaruhi cara kita menyikapi waktu. Rasa takut dan stres mendistorsi waktu dan membuat waktu nampak lebih lama. Sementara itu perasaan gembira misalnya pada saat liburan akan membuat waktu nampak lebih singkat. Mengapa hal ini terjadi? Mengapa otak “menipu” kita dan membuat waktu terasa lebih lama atau lebih singkat? Dapatkah kita menemukan area di otak yang bertanggungjawab akan persepsi kita terhadap waktu?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebuah tim peneliti dari Champalimaud Center for the Unknown di Lisbon, Portugal, meneylidiki aktivitas saraf pada area tertentu di otak tikus percobaan. Hasil penelitian tersebut diterbitkan di jurnal Science bulan Desember ini. Pada penelitian ini para peneliti menduga keterlibatan senyawa Dopamin dalam mempersepsikan waktu.
Dopamin adalah senyawa yang terdapat di otak, suatu neurotransmitter, yang dikaitkan dengan perasaaan senang. Dopamin terlibat dalam perasaan dihargai, motivasi, belajar, adiksi, juga pergerakan dan perhatian. Para ilmuwan menduga bahwa Dopamin terlibat dalam cara kita mempersepsikan waktu, karena neuron dopaminergik ditemukan di area otak yang dinamakan substantia nigra pars compacta.
Kerusakan pada bagian otak ini akan menimbulkan gangguan neurologis dimana persepsi waktu akan berubah. Dopamin dihasilkan di area otak ini dan dikirimkan ke area lain di otak yang bertanggungjawab terhadap pergerakan. Pengaruh dopamin terhadap persepsi waktu dan pergerakan dapat dilihat pada penyakit Parkinson. Pada penyakit Parkinson terjadi kematian sel saraf penghasil dopamin di otak. Peneliti menemukan bahwa ketika pasokan dopamin di otak dikurangi akan terjadi defisit selektif pada persepsi waktu. Meskipun penelitian ini baru dilakukan terhadap tikus di laboratorium, namun hasilnya nampak serupa pada manusia. Diharapkan penelitian ini memberikan gambaran lebih luas lagi mengenai mekanisme kerja otak.
by