Dunia Herbal

Cara Membuat Jamu yang Benar

Langkah-langkah berikut ini dapat digunakan untuk membuat seduhan jamu di rumah. Sebelum membuat seduhan jamu, cuci simplisia tumbuhan obat (herbal) dengan air mengalir sampai bersih.

Segera gunakan herbal segar yang telah bersih untuk pengobatan. Jika bahannya besar atau tebal, sebaiknya potong-potong tipis agar saat perebusan zat-zat yang terkandung didalamnya mudah keluar dan meresap dalam air rebusan. Untuk herbal yang disimpan, keringkan lebih dahulu setelah dicuci agar tahan lama dan mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur. Bahan kering (simplisia) juga lebih mudah dihaluskan untuk dijadikan serbuk (bubuk). Pengeringan dapat langsung di bawah sinar matahari atau memakai pelindung. Dapat juga diangin-anginkan, tergantung dari ketebalan atau kandungan airnya.

Kemudian seduh langsung bahan yang telah dijadikan bubuk (serbuk) dengan air panas atau mendidih. Untuk bahan yang keras dan sukar diekstrak, sebaiknya hancurkan dan rebus terlebih dahulu sekitar 10 menit sebelum memasukkan bahan lain.

Gunakan air tawar bersih dan tidak mengandung zat kimia berbahaya untuk merebus. Pastikan jumlahnya cukup sehingga seluruh bahan berkhasiat obat terendam sekitar 3 cm.

Untuk merebus bahan berkhasiat obat, gunakan wadah yang terbuat dari periuk tanah (keramik), panci enamel, atau panci beling. Jangan menggunakan wadah dari logam, seperti besi, aluminium, dan kuningan. Logam mengandung zat iron trichloride dan potassium ferrycianide. Zat tersebut menimbulkan endapan pada air dalam mengobati penyakit. Selama perebusan, jangan terlalu sering membuka tutup wadah agar kandungan minyak atsirinya tidak mudah hilang.

Gunakan api sesuai dengan jenis herbal yang direbus.
Api kecil : Gunakan untuk merebus herbal yang berkhasiat sebagai tonikum, seperti ginseng dan jamur ling zhi agar kandungan aktifnya terserap kedalam air rebusan (rebus sekitar 2 jam).
Api kecil : dengan waktu perebusan yang lama juga digunakan untuk jamu dan herbal yang mengandung toksin, seperti mahkota dewa agar kandungan toksinnya berkurang.
Api besar : Gunakan untuk merebus herbal atau simplisia yang berkhasiat diaforetik (mengeluarkan keringat) dan mengandung banyak minyak atsiri, seperti daun mint, cengkih dan kayu manis. Setelah mendidih, masukkan bahan dan rebus sebentar. Dengan cara ini, kandungan atsirinya tidak banyak hilang karena proses penguapan yang berlebihan.

Jika tidak ada ketentuan lain, perebusan dianggap selesai saat air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula, misalnya 800 cc menjadi 400 cc. Jika bahan yang direbus kebanyakan berupa bahan keras, seperti biji atau batang maka air rebusan disisakan sepertiganya, misalnya 600 cc menjadi 200 cc.

Jika mengandung bahan kering, umumnya dosis (takaran) setengah dari jumlah bahan segar. Misalnya, pemakaian daun sendok segar pemakaiannya 90 gram dan jika kering 15 gram.

Pastikan dosis tumbuhan obat sesuai dengan yang dianjurkan. Umumnya, 1 resep tumbuhan obat dibagi untuk 2 kali minum sehari. Sisa ampas rebusan pertama dapat direbus sekali lagi untuk 1 kali minum pada sore atau malam hari.

Minum rebusan sari tumbuhan obat dalam keadaan hangat dan setelahnya pakai baju tebal atau selimut. Namun, untuk jenis herbal tertentu, seperti rebusan biji pinang harus diminum dingin untuk menghindari kotraksi dengan lambung yang mengakibatkan mual, muntah, dan kram perut.

Umumnya, rebusan herbal diminum sebelum makan agar mudah terserap. Namun, untuk ramuan obat yang dapat merangsang lambung, minum setelah makan. Minum ramuan obat yang berkhasiat sebagai penguat (tonikum) pada waktu pagi hari sewaktu perut kosong. Untuk ramuan yang berkhasiat sebagai penenang, misalnya untuk insomnia, minum menjelang tidur.

Lakukan pengobatan secara teratur. Yang perlu diingat, pengobatan herbal membutuhkan kesabaran karena tidak langsung terasa manfaatnya, tetapi bersifat konstruktirf (memperbaiki/membangun). Efek obat kimiawi memang terasa cepat, tetapi bersifat desktruktif. Karena sifatnya itu, herbal tidak dianjurkan sebagai pengobatan utama penyakit-penyakit infeksi yang bersifat akut (medadak), seperti demam berdarah, muntaber, dan lainnya yang harus segera mendapat pertolongan medis. Tanaman obat lebih diutamakan untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit yang bersifat kronis (menahun).

Pengobatan herbal dapat dikombinasikan dengan obat kimiawi, terutama untuk penyakit kronis yang susah disembuhkan, seperti kanker agar diperoleh hasil pengobatan yang lebih efektif. Aturan minum obat herbal sekitar 2 jam setelah pemakaian obat kimiawi.

Referensi: Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma, “Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit”.

 

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmailby feather

6 komentar pada “Cara Membuat Jamu yang Benar

  • Selamat pagi,

    Mau tanya, bagaimana cara meng oplos madu dengan Propolis ? Karena anak saya butuh Propolis untuk batuk nya tapi maunya manis.

    Thanks

    Balas
    • farmakoterapi

      Sebenarnya tidak ada metode khusus pencampurannya, sehingga tidak memerlukan teknik tertentu. Anda dapat langsung mencampurkan seperti biasa. Bila sediaan tidak homogen, masih wajar dan aman digunakan. Gunakan madu sedikit saja.

      Balas
  • Ardin

    Apakah bekas ampas rebusan bisa digunakan kembali atau tidak

    Balas
    • farmakoterapi

      Sebaiknya tidak digunakan kembali, karena zat aktifnya sudah berkurang.

      Balas
  • jamu hasil blender dan diperas seperti kunyit asem, beras kencur sering menghasilkan ampas/endapan meskipun sudah disaring. apakah endapan ini masih layak konsumsi atau dibuang. bagaimana mengurangi endapan ini

    Balas
    • farmakoterapi

      Ampas pada pembuatan jamu sebaiknya dibuang karena kandungan zat aktifnya sudah berkurang. Endapan tersebut dapat dikurangi dengan cara penyaringan atau didiamkan beberapa saat hingga endapan stabil di dasar wadah. Gunakan bagian cairannya saja, endapan dibuang.

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *