Calon Obat Antidepresi Baru: Ketamin Intranasal
Ketamin yang diberikan melalui lubang hidung, atau yang dikenal dengan istilah intranasal memberikan efek antidepresan yang cepat pada pasien dengan penyakit depresi mayor yang resisten. Tim peneliti melaporkan bahwa efek antidepresan ini dapat dijaga selama 24 jam. Bila telah dikonfirmasi dengan penelitian yang lebih besar, maka hal ini akan mengarah kepada penemuan obat antidepresan kelas baru.
Ketamin selama ini digunakan sebagai obat antestesi, namun kadang disalahgunakan dan berpotensi menyebabkan masalah psikiatri atau kognitif. Penelitian sebelumnya, yang juga dilakukan oleh tim peneliti yang sama melaporkan bahwa ketamin dosis rendah yang diberikan secara intravena memiliki efek cepat pada pasien depresi yang sudah resisten.
Untuk menentukan keamanan dan kemanjuran formulasi intranasal ketamin, tim peneliti mengadakan penelitian kecil double-blind crossover yang melibatkan 20 pasien penderita penyakit depresi mayor yang telah gagal merespon sedikitnya 1 obat antidepresan. Pasien tersebut diacak untuk mendapatkan ketamin dosis 50 mg atau larutan NaCl biasa selama 7 hari pengamatan. Pada masing-masing periode terapi, peserta penelitian dinilai pada 40, 120, 240 menit dan 24, 48, 72 jam dan 7 hari.
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perubahan tingkat depresi, yang diukur menggunakan Montgomery-Åsberg Depression Rating Scale (MADRS) pada 24 jam setelah pemberian ketamin dibandingkan plasebo (p<0,001). Terdapat 8 dari 18 pasien (44%) yang memenuhi kriteria respon 24 jam setelah pemberian ketamin dibandingkan 1 dari 18 pasien (6) setelah pemberian plasebo.
Tim peneliti juga menemukan bahwa ketamin intranasal ditoleransi dengan baik, meskipun memiliki efek psikotomimetika dan disosiasi yang minimal, dan tidak berkaitan dengan parameter hemodinamika klinis.
Salah satu efek utama ketamin adalah memblok NMDA. Terdapat kebutuhan klinis yang mendesak untuk dibuatnya terapi baru depresi dengan mekanisme kerja yang berbeda dari sebelumnya. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal ketamin yang diberikan intranasal.
Referensi:
Lapidus, K.A., Levitch, C.F., Perez, A.M., Brallier, J.W., Parides, M.K., Soleimani, L., Feder, A., Iosifescu, D.V., Charney, D.S. and Murrough, J.W., 2014. A randomized controlled trial of intranasal ketamine in major depressive disorder. Biological psychiatry, 76(12), pp.970-976.