Berkhasiatkah Echinacea?
Echinacea adalah suatu genus dari 9 spesies herba yang tergolong keluarga Asteraceae. Semua spesies herba tersebut berasal dari kawasan Amerika Utara bagian tengah dan timur. Nama Echinacea berasal dari bahasa Yunani, echinos, artinya berduri. Dinamakan demikian karena bagian tengah bunganya seolah memiliki duri-duri. Rimpang tanaman Echinacea angustifolia digunakan oleh orang Indian di Amerika Utara untuk berbagai tujuan pengobatan. Pada tahun 1930an, herba ini menjadi populer di Eropa dan Amerika sebagai obat herbal.
Sebagaimana herba lainnya, kandungan kimia dalam Echinacea sangat kompleks. Semua spesies Echinachea memiliki kandungan senyawa fenol, yang juga lazim terkandung di tanaman lain. Spesies E. purpurea memiliki kandungan senyawa fenol jenis cichoric dan caftaric. Rimpang spesies E. angustifolia dan E. pallida memiliki kandungan echinacoside yang tertinggi dibanding spesies Echinacea lainnya. Senyawa jenis alkilamida dan polisakarida juga terkandung di dalam Echinacea.
Bagian tanaman yang diyakini paling banyak mengandung senyawa kimia berkhasiat obat adalah akarnya. Pada tahun 2003, Taylor et all melakukan pembuatan produk Echinacea dari seluruh bagian tanaman (kecuali akar) dan mengujikannya pada anak-anak. Mereka menyimpulkan bahwa produk Echinacea tersebut tidak memberikan efek nyata terhadap tingkat keparahan dan durasi waktu gejala demam yang disebabkan virus biasa. Namun penelitian ini dikritik oleh banyak kalangan karena produk Echinacea yang digunakan dalam percobaan tidak melibatkan bagian akar tanaman, dan dosis yang digunakan lebih rendah daripada dosis yang dianjurkan oleh herbalist.
Oleh karena itu, Turner pada tahun 2005 melakukan penelitian terhadap berbagai ekstrak akar spesies Echinacea. Namun penelitian ini juga tidak menemukan khasiat yang nyata secara statistik terhadap durasi, intensitas, dan pencegahan demam. Echinacea dipercaya mampu merangsang sistem kekebalan non spesifik tubuh (imuno stimulator) dan menghentikan infeksi. Hal ini didasarkan atas suatu meta analisis pada tahun 2007, namun penelitian ini tidak mampu menjelaskan beberapa hal seperti efektifitas dari berbagai spesies tanaman Echinacea yang digunakan, serta dosisnya.
Baru-baru ini penelitian di University of Virginia School of Medicine membuktikan bahwa ekstrak Echinacea tidak memiliki khasiat nyata secara klinis terhadap tingkat infeksi serta durasi dan intensitas gejalanya. Suatu telaah di University of Maryland terhadap 13 penelitian di Eropa menyatakan bahwa Echinacea, bila dikonsumsi pada saat awal gejala demam muncul, dapat mengurangi gejala dan memperpendek durasi demam tersebut. Namun ada 3 dari 4 penelitian yang dipublikasikan menyatakan bahwa mengkonsumsi Echinacea untuk mencegah demam adalah tidak efektif.
EMEA (the European Medicine Agency) mengeluarkan pernyataan terkait penggunaan Echinacea sebagai berikut: “Herba ini hendaknya tidak digunakan melebihi 10 hari. Penggunaan pada anak di bawah umur 1 tahun masih diperdebatkan, karena adanya kemungkinan efek yang tidak diharapkan. Echinacea tidak dianjurkan untuk digunakan pada anak usia 1-12 tahun karena khasiatnya ataupun efek sampingnya belum terdokumentasikan secara memadai. Ibu hamil dan menyusui juga tidak dianjurkan menggunakan Echinacea.”
Efek samping yang ditimbulkan oleh Echinacea meliputi rasa mual, pusing, kemerahan pada kulit, serta hepatotoksisitas. Echinacea jangan digunakan oleh orang yang memiliki kelainan auto imun, serta tidak aman bila digunakan bersama obat immunosuppressant dan obat yang bersifat hepatotoksik. Herba ini juga berpotensi memiliki interaksi dengan zat anestesi.
Referensi:
Hart A, Dey P (2009). “Echinacea for prevention of the common cold: an illustrative overview of how information from different systematic reviews is summarised on the internet”. Preventive Medicine. 49 (2–3): 78–82.
by