Aspirin Mengurangi Risiko Pre-eklamsia Selama Kehamilan
Minum aspirin dosis rendah pada malam hari sebelum tidur dapat menurunkan risiko terjadinya pre-eklamsia yang dapat mengarah kepada kelahiran prematur dan pada kasus yang lebih parah, kematian ibu dan bayinya. Penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan di Inggris telah membuktikan bahwa pemberian aspirin dosis rendah, yakni 150 mg, mampu mengurangi risiko pre-eklamsia sebesar 62% hingga 82%.
Penelitian yang dimuat di New England Journal of Medicine ini menganalisis data 1776 wanita yang memiliki risiko tinggi pre-eklamsia dan menemukan bahwa terjadi penurunan angka kejadian pre-eklamsia pada kelompok wanita yang menggunakan aspirin dibandingkan dengan plasebo. Pre-eklamsia preterm terjadi pada 13 wanita (1,6%) pada kelompok pengguna aspirin, sedangkan pada kelompok plasebo terjadi pada 35 wanita (4,3%). Dosis aspirin yang digunakan pada penelitian ini adalah 150 mg per hari, digunakan antara 11-14 minggu kehamilan sampai dengan 36 minggu kehamilan.
Pre-eklamsia menyebabkan pengurangan aliran darah menuju plasenta, menyebabkan pula penurunan jumlah oksigen dan nutrisi menuju janin. Bila dibiarkan hal ini akan berbahaya bagi perkembangan janin. Riwayat keluarga pengidap pre-eklamsia, obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, dan gagal ginjal meningkatkan risiko terjadinya pre-eklamsia. Risiko terjadinya komplikasi akan tinggi bila penyakitnya parah dan dapat berkembang pada tahap awal kehamilan. Hal ini akan mengarah kepada kelahiran prematur, bahkan kematian ibu dan bayi.
WHO telah merekomendasikan penggunaan aspirin dosis rendah guna mencegah pre-eklamsia pada wanita hamil berisiko tinggi, penggunaannya dimulai sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Di Amerika Serikat, the American College of Obstetrician and Gynaecologists juga merekomendasikan hal yang serupa.
Referensi:
Rolnik, D.L., Wright, D., Poon, L.C., O’Gorman, N., Syngelaki, A., de Paco Matallana, C., dkk., 2017. Aspirin versus Placebo in Pregnancies at High Risk for Preterm Preeclampsia. New England Journal of Medicine, doi: 10.1056/NEJMoa1704559
by